Minggu, 27 Mei 2012

Photo Panggung






Lagi-lagi dapat suatu tantangan baru... Belajar photo dengan cahaya rendah.... tanpa menggunakan flash. (sorry teman-teman blognya sedikit melenceng ke photo). Dapet telpon dari seorang teman di media... (katanya nemenin dia liputan).... iseng bawa kamera + lensa kit (emang cuma itu aja yg gw punya).... ya... lumayanlah gratis... bisa nonton konser artis XXX....

Model

Ya... harus... bisa untuk memoto orang dengan peralatan seadanya. Bukan karena suatu keadaan.... tapi lebih kepada kebutuhan.
sacrifice

empty

pray
Model... sebuah kata-kata asing.... karena dalam otak ini orientasi untuk *model* tidak ada dalam kamus... landscape... landscape  model hanya sebatas tempelan... tapi ketika ditukar... Ehm.... ternyata susah.... Ya... Belajar photo *model* itu susah.

Jumat, 13 Mei 2011

100


Balarejo, 1 Juli 1946 sesosok bayi laki-laki mungil menangis, menandakan kelahirannya ke dunia ini. Senyum indah hadir dalam pasangan Zainal Abidin dan istri. Proses awal untuk mendidik anak agar menjadi satu sosok orang yang berguna kelak. Bayi mungil itu diberi nama Khumaidi (di KTP Kumedi).
Proses perkembangan dan pendidikan sang bayi hingga remaja dilakukan dengan disiplin yang keras. Faktor ekonomi juga mempengaruhi proses pendidikan Kumedi. Beliau hanya sempat menikmati bangku Sekolah Rakyat saja. Beranjak dewasa beliau memutuskan untuk mengadu nasib di berbagai daerah. Mulai dari dataran Sumatera dan Kalimantan dia coba keberuntungan. Tp nasib berkata lain, akhirnya pemberhentian terakhir peruntungannya di Jakarta menjadi karyawan tetap di salah satu bank pemerintah.
Sedikit demi sedikit dia mulai membangun mimpi-mimpinya. Pernikahan pertama yang dia bangun kandas hanya dalam hitungan bulan saja. Kemudian dia menikahi perempuan bernama Murtofingatun yang masih kerabatnya. Dari pernikahan tersebut dia mempunyai 6 orang anak.
Satu persatu anak-anaknya yang berjarak 2 tahun-an ini di sekolahkan agar mereka tidak merasakan apa yang beliau rasakan. Beliau berprinsip, cukup hanya aku saja yang berpendidikan rendah, jangan itu terjadi kepada anak-anakku.
Tahun 2000 akhirnya beliau pensiun. Dan Alhamdulillah setelah pensiun, beliau dan istri bisa menunaikan rukun islam yang kelima, pergi haji ke rumah Allah pada tahun berikutnya. Satu persatu anak-anaknya pun menikah. Tugas seorang bapakpun sudah berkurang, tinggal satu orang saja yang belum berkeluarga, anak terakhirnya.
Menjelang puasa ramadhan tahun 2008 ujian mendatangi beliau. Dari awal hanya sakit biasa saja, tiba-tiba satu penyakit berat menimpa dirinya. Kanker hati dengan hepatitis B terdapat dalam tubuh beliau, dan ketika diperiksa sudah tidak mempunyai stadium lagi. Ukuran 10 cm X 12 cm, cukup besar untuk sebuah parasit yang tumbuh dihati.
Dokter menyarankan agar berobat jalan saja, untuk menahan penyakitnya. Alhamdulillah, di sela-sela penyakitnya beliau tetap menjalankan perintah yang wajib dari Sang Khalik. Di sela malam pun dia masih bisa menyempatkan untuk bermunajat kepadaNYA.
Tapi sayang, manusia hanya bisa berencana tapi Allahlah yang menentukan segalanya. Kesehatan beliau tiap tahun makin menurun. Sampai akhirnya, 2 hari sebelum Idul Fitri 2010 penyakit beliau menandakan gejala yang mulai serius. Bertahan dan terus bertahan, akhirnya tanggal 6 Desember 2010 beliau meminta untuk dirawat di rumah sakit. 2 minggu beliau di observasi di rumah sakit. Tidak ada kemajuan, hingga beliau pun merasakan tidak betah dan meminta untuk kembali di rawat di rumah. 19 Desember akhirnya beliau pulang untuk berobat jalan kembali sebelum nantinya akan dilakukan obeservasi ulang.
Manusia bisa berencana, tetapi tetap Allahlah, Sang Penentu Segalanya. Ajal, rezeki, jodoh setiap manusia telah ditulis dalam Lauhful Mahfudz. Rabu, 21 Desember 2010, bada’ ashar, selepas beliau melaksanakan shalat, beliau dipanggil oleh Sang Pemilik Dunia beserta isinya. Sebelumnya memang sudah ada gejala. Beliau sempat ditalqinkan oleh beberapa teman ngajinya, agar terus mengingat dan menyebut asma Allah.
Pengajian yang awalnya akan diadakan untuk memohon kesembuhan beliau ternyata merupakan pengajian untuk melepas beliau pergi dari dunia fana ini. Isak tangis keluarga pun terdengar hanya sesekali saja. Ketegaran anak-anaknya terlihat di dalam suasana duka.
Persiapan-persiapan untuk melepas beliau dari dunia fana ini pun dipersiapkan. Proses pemandian, pemakaian kain kafan dilakukan oleh anak-anaknya. Mungkin itu adalah bakti terakhir kepada beliau semasa badannya di dunia fana ini. Shalat jenazah pun tampak cukup ramai walaupun diadakan pada bada’ Dhuha. Proses pemakaman pun dilakukan dengan khidmat. Anak cucu beliaupun mengantarkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir  dan hanya berukuran 2X1 meter saja. Talqin sebelum berpisah pun dilakukan (sebelum meninggalkan kuburan), semoga tersampaikan kepada beliau untuk menyambut malaikat yang akan bertanya di alam kubur. *3 hal yang tidak akan terputus orang itu meninggalkan dunia (1). Shadaqah jariyah; (2) Ilmu yang bermanfaat; (3) anak-anak yang shaleh yang mendoakan kepadanya*. Ya Allah semoga ketiganya tersebut ada pada beliau.
Kini sudah 100 hari beliau meninggalkan keluarganya. Sudah jarang isak tangis terdengar dari rumah beliau. Terbersit dihati sedang apa beliau disana? Apa yang beliau lakukan? Bagaimana keadaan beliau?
 “Ya Allah jadikanlah Al Mulk ini sebagai teman tidurnya dan Ad Dukhan sebagai payung di padang mahsyar nanti”
“Ya Allah ampunkanlah segala kesalahan beliau baik yang disengaja ataupun tidak disengaja, terimalah segala amal ibadahnya, berikanlah tempat yang terbaik untuk beliau disisiMU, jadikanlah kuburannya layaknya taman Surga.”
“Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air, salju dan embun. Sucikanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana pakaian disucikan dari najis. Gantikan untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, gantikan untuknya keluarga yang lebih baik dari keluarganya, gantikan untuknya isteri (pasangan) yang lebih baik dari pasangannya. Masukkanlah ke dalam surga dan lindungilah dia dari azab kubur dan azab neraka.”
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” [Nuh:28]
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [Ibrahim:14]
“Ya Allah ampunilah (nama) angkatlah derajatnya dlm kelompok org2 yg mendapat petunjuk berilah penggantinya s sdh kepergiannya menyusul org2 yg tlah berlalu,ampunilah kami&dia,wahai Tuhan alam semesta berikanlah dia kelapangan d dlm kuburnya&terangilah dia d dlm kuburnya”
“Harta dan anak-anak shaleh adalah perhiasan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS Al Kahfi : 46)  
Aamiin ya Allah.

Jumat, 22 Oktober 2010

ANTARA SUNGAI, PANTAI DAN GUA (15-17 Oktober 2010)


Perjalanan kali ini kakiku akan menapaki pesisir pantai selatan yang terletak di kawasan Jawa Barat. Pangandaran nama kawasan tersebut. Perjalanan menuju kesana menempuh jarak 8-9 jam perjalanan darat. Ehm…. Lumayan jauh dan melelahkan juga bagi yang belum terbiasa melakukan perjalanan darat yang jauh. Untunglah perjalanan kita menuju kesana dilakukan pada malam hari, sehingga kita dapat beristirahat selama dalam perjalanan.

Tak terasa jam menunjukkan pukul 6 kurang ketika kita tiba di pantai timur pangandaran. 2 kali kita beristirahat dalam perjalanan kali ini, pertama di rest area untuk menjemput 2 kawanku dan di daerah rest area yang sudah akan memasuki kawasan pangandaran. Alhamdulillah matahari menyambut dengan memancarkan sinarnya ketika kita berada di pantai timur untuk menyaksikan terbitnya sang surya. Walaupun kali ini matahari menampakkan dengan malu-malu, kita sudah senang. Mudah-mudahan cuaca cerah akan menemani kita selama perjalanan kali ini.


Target awal dalam perjalanan kali ini adalah menikmati sungai cijulang. 2 kelompok terbagi. Satu kelompok yang mengikuti acara body rafting dan satu lagi yang akan menikmati dengan cara naik perahu dan berenang menuju batu loncat. Kebeneran aku mengikuti dengan cara naik perahu dan berenang menuju batu loncat. Sekali lagi aku bersyukur kepada Tuhan, kita diberikan warna air sungai sehingga kita menyusuri sungai cijulang dengan julukan *green canyon* bukan *brown canyon*. Sekali lagi, keindahan bumi Indonesia terlukis selama kita menyusuri sungai cijulang. Stalaknit di green canyon sangat indah sekali. Dengan riang dan senang kita menyusuri sungai cijulang dan mengagumi keindahan goresan-goresan alam yang mengihiasi kiri kanan sungai cijulang.

Target kedua kita akan bermain di pantai batu karas. Setelah kita bersih-bersih, makan siang dan tak lupa shalat menghadap Sang Kuasa kita melanjutkan perjalanan ke pantai batu karas untuk menikmati keindahan alam di kawasan pangandaran. Di tempat ini pula sebagai saksi ketika bencana tsunami pernah terjadi beberapa tahun yang lalu di kawasan ini. Kita menyusuri kawasan ini yang sedikit ramai di penuhi pengunjung. Ternyata di kawasan ini juga banyak masyarakat yang ber-surfing ria. Baik itu local maupun non local (bule). Ombak saling berpacu beriringan dengan para surfer yang ingin menyatu dengan ombak-ombak tersebut. Mantap…. Kapan ya aku bisa seperti mereka?!? :D

Target ketiga sayang sekali tidak berhasil kali ini karena keterbatasan waktu. Seharusnya sore ini kita akan menyaksikan matahari terbenam yang indah dari kawasan pantai barat pangandaran. Adanya ketidakdisiplinan kita terhadap waktu kita tidak dapat menikmati indahnya matahari terbenam dari kawasan pantai barat (temanku yang bilang). Mau diapa lagi, mungkin esok di waktu luang kita akan bisa menikmati indahnya pantai barat pangandaran di saat matahari terbenam.

Target keempat dalam perjalanan kali ini kita ingin kembali menyaksikan matahari terbit dari pantai timur pangandaran. Kita berenam sudah berjanjian, nanti pagi jam 5 kita akan bersepeda ria menuju ke pantai timur pangandaran. Malamnya tiba-tiba hujan mengguyur lumayan deras di kawasan pangandaran. Jadi tidak jadi kita lihat besok pagi. Jam 5 pagi kami berempat akhirnya tetap berangkat menuju kawasan pantai timur diiringi rintikkan hujan (gerimis). 2 sepeda tendem kita sewa setelah semalam kita sudah berjanjian terlebih dahulu kepada tukang sewa sepeda bintang jelita di kawasan pangandaran. Mulai kita mengayuh sepeda sambil menikmati udara pagi yang sejuk.Ternyata hanya 15 menit kita sampai di kawasan pantai timur. Mudah-mudahan kita akan melihat kembali matahari terbit. Sayang… gerimis tak kunjung pergi, malah sesekali dia mengucurkan air lebih deras. Akhirnya kita menikmati suasana di kawasan pantai timur pangandaran. Ada yang sedang memancing, jual beli ikan karena di lokasi ini juga merupakan tempat pelelangan ikan walaupun tak seramai muara angke di Jakarta. Akhirnya kita juga memutuskan makan bubur ayam di kawasan ini. Ehm… enak…. Temanku juga tak lupa membeli beberapa dagangan di kawasan pantai timur. Hujan pun reda, tapi matahari tetap malu menampakkan wajahnya di bumi pangandaran.  Akhirnya kita memutuskan untuk kembali ke penginapan, dikarenakan jam 8 nanti kita akan menuju kawasan cagar alam pangandaran.

Target kelima adalah kita akan pergi ke kawasan cagar alam. Jam 8 kurang kita sudah mulai berangkat menuju kawasan cagar alam pangandaran dengan menaiki 3 perahu yang hanya bermuatan 10 orang penumpang  per perahunya.  15-20 menit kita membelah gelombang yang menurutku lumayan tapi untuk nelayannya ini hanyalah gelombang biasa, belum tinggi. Di sisi kiri kita dapat menikmati indahnya bekas-bekas alam hasil tsunami kemarin. Ada 2 air tejun yang bagus,  batu layar dan juga goa yang banyak burung waletnya, yang perlu ekstra hati-hati kalau mau kesana banyak karang-karang terjal yang siap menyambut di dalam goa tersebut. 
Sampai di kawasan cagar alam kita akan menuju 3 goa yang terkenal di kawasan tersebut. Ternyata di kawasan ini lumayan banyak monyet ekor panjang yang menyambut kita. Beberapa rusa juga ada sedang bermalas-malasan di depan rumah petugas cagar alam. Goa paret, goa yang pertama kali akan kita singgahi. Perlu senter sebagai pengganti lampu untuk menyusuri goa ini. Di dalamnya pun terdapat beberapa sarang landak hutan.  Ornamen stalaknit disini juga lumayan beragam. Ada yang berbentuk gajah, alat kelamin pria maupun wanita. Goa kedua yang kita kunjungi adalah goa panggung, dinamakan seperti ini karena ada bagian berbentuk panggung yang bisa keabadikan untuk bernarsis ria :D. Disini kita tak perlu alat bantuk penerangan, karena ternyata goa disini sudah lumayan terang. Goa ketiga yang kita kunjungi adalah goa lanang, dengan menuruni tangga terbuat dari bamboo kita menuju kawasan goa lanang. Beberapa jepretan kita abadikan bahwa kita pernah di kawasan ini. Sekitar 5 menit kita susuri goa lanang ini. Disini pun kita tidak memerlukan senter, karena cahaya dari arah keluar goa ini sudah cukup menerangi jalan setapak goa lanang yang lumayan luas.

Setelah sudah cukup puas mengitari beberapa tempat kawasan cagar alam di pangandaran. kita akan kembali menuju ke penginapan menggunakan perahu dari kawasan pasir putih, yang ternyata salah satu spot terbaik untuk bersnorkling ria di kawasan pangandaran karena jam 1 nanti kita akan kembali ke Jakarta. Thank God,kali ini saya bisa menapaki salah satu kawasan indah di wilayah Nusantara ini. Dan yang harus diingat dalam perjalanan kita kali ini adalah upaya untuk menghargai waktu yang terbatas agar kita bisa menikmati dan menghargai sesama.

Thanks to:
1. TLnya JK dalam trip kali ini: santos, cris, ferry, ale 
2. Temen-temen yang bocor abis selama dalam perjalanan ini, jangan kapok ya satu trip sama gw

Selasa, 28 September 2010

ALTERNATIF REKREASI MURAH DI JAKARTA


Ternyata Jakarta juga banyak memiliki tempat rekreasi untuk dikunjungi. Ada Taman Mini Indonesia Indah dengan kumpulan museum, pusat peribadatan, snowbay dan lain-lain; Ancol dengan Dufan, seaworld, gelanggang samudera, gelanggang renang dan masih banyak lagi; Museum-museum; Kota Tua yang sekarang banyak diminati oleh para kawula muda untuk sekedar belajar photo, kumpul-kumpul atau sekedar melihat-lihat saja; Ragunan dengan kumpulan binatang-binatang baik dari Indonesia ataupun luar negeri; atau sekedar melihat monument-monumen di pusat kota. Dan masih banyak lagi tempat rekreasi yang banyak dan bisa kita kunjungi di akhir minggu.
 Schedule trip minggu ini berantakan, mungkin memang belum diberi kesempatan untuk berkunjung ke Pulau Biawak, padahal sudah 2 bulan rencana ini dibuat dengan serapih-rapihnya. Ternyata kendala non teknis terjadi, aku harus tetap berada di Jakarta. Tiba-tiba temanku mengajak aku pergi ke ragunan untuk mengisi liburan kali ini. Sempat berpikir, iya atau tidak. Akhirnya aku iyakan sekalian aku belajar photo disana kepada temanku.
Jam 7 pagi aku berangkat menggunakan busway melalui rute pasar genjing – dukuh atas – ragunan dengan tiket hanya Rp.3.500/orang. Janjian dengan kawanku di depan loket masuk ragunan. Jam 8 kurang akhirnya kita bertemu dan siap-siap berkeliling di dalam ragunan dengan tiket masuk hanya Rp.4.500/orang.
Dari kandang harimau putih, harimau jawa, singa, beruang dan binatang-binatang yang lain kita kunjungi. Tak terasa sudah 2 jam kita sudah berkeliling di dalam ragunan. Seorang pedagang pecel tampak menggiurkan. Akhirnya kita memutuskan untuk beristirahat dulu sambil memakan pecel di bawah pohon rindang. Sejuk sekali udara hari ini. Sambil makan kita melihat-lihat photo hasil jepretan kita
Tak terasa ½ jam sudah berlalu. Setelah membayar makanan sebesar Rp.23.000/berdua, kita memutuskan untuk berkeliling kembali. Kandang burung kali ini target kita. Berkeliling melihat burung-burung cantik yang terdapat di kandang burung ragunan. Ada berbagai jenis kakaktua, merak, elang dan burung-burung yang lain. Tak terasa, sedang asyiknya aku photo, tiba-tiba bateraiku habis. Mungkin memang sudah cukup photo-photoku kali ini. Akhirnya aku menunggu temanku selesai photo.
Tak terasa jam 12 sudah. Adzan dzuhur berkumandang. Satu persatu pengunjung mulai membanjari ragunan. Kita akhirnya memutuskan untuk pulang. Sudah 4 jam lebih kita berkeliling. Kita naik busway kembali untuk pulang. Jangan ragu untuk memilih tempat rekreasi, dan jangan lupa untuk menyesuaikan kondisi keuangan. Ragunan adalah salah satu alternative rekreasi murah di kota Jakarta. Dengan berbekal uang di bawah Rp.30.000/orang kita sudah bisa kesana.

Senin, 27 September 2010

P.M.K.S

Kali ini bukan melihat hijaunya hutan, pasir putih yang menghampar di pinggir lautan serta beningnya air sungai atau apapun tentang keindahan alam Indonesia. Dari panti ke panti kali ini kakiku menjajakan kembali setelah lebih dari 3 tahun pernah berkunjung ke beberapa tempat yang sama. Panti-panti yang di kelola oleh Pemda DKI Jakarta di bawah koordinasi Dinas Sosial.
Ajakan temanku ingin kunjungan lapangan melihat kondisi beberapa panti dan penanganan yang diberikan oleh Pemda DKI Jakarta serta merta aku iyakan saja. Berempat kami dari kantor berangkat ditemani oleh 3 orang wakil dari Dinas Sosial selaku penanggung jawab masalah penanggulangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
sang ibu mencuci
Target kita ada 5 hari ini, yaitu PSTW Usada Mulia 5 yang terletak di Cengkareng (=menangani lanjut usia, tapi pada kenyataannya juga banyak penyandang masalah kesejahteraan social yang lain); PSTW Budi Mulia 2 Cengkareng (=menangani lanjut usia); PSBI Bangun Daya 1 Kedoya (=menangani hasil razia yang nantinya akan dipilah berdasarkan criteria); PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (=menangani lanjut usia); dan PSPP Khusnul Khotimah Serpong (=menangani masalah korban narkoba).
Satu persatu tempat kita datangi untuk melihat kondisi bangunan dan juga masalah penanganan yang telah di terapkan. Permakanan panti yang semula hanya 15.000/orang/hari sekarang sudah meningkat sekitar 21.000/orang/hari (sesuai dengan kriteria BPS). Tak ada senyum ketika kita melihat berkunjung kesana, yang ada hanya ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, ternyata kita masih diberikan lebih baik daripada mereka (menurut kacamata kita).Beberapa kali rintik hujan mengiringi perjalanan kita. Tak patah semangat untuk memberikan dan melihat kondisi para PMKS yang ditangani oleh Pemda DKI Jakarta kita lihat. Pola penanganan semaksimal mungkin dilakukan, dari mulai perawatan, kebersihan hingga apabila ada PMKS yang sakit (akan segera dibawa ke rumah sakit terdekat) ataupun PMKS yang meninggal, diberikan pelayanan secara cuma-cuma oleh Pemda DKI Jakarta. 
Bahkan disini pun PMKS mendapatkan pelatihan keterampilan secara cuma-cuma. Kondisi gedung pun diperhatikan, beberapa kondisi bangunan yang sudah/mulai roboh akan segera diprioritaskan untuk dianggarkan agar pada tahun 2011 kondisi bangunan akan lebih baik dari kondisi yang ada. Semoga penanganan para PMKS dari tahun ke tahun akan semakin lebih baik.

Selasa, 24 Agustus 2010

KESABARAN MENUJU CURUG MALELA


 curug malela dari atas bukit
Persiapan sudah matang. Juli kita akan pergi menuju ke curug malela dan akan mendirikan tenda serta bermalam di sana. Tapi sayang, cuaca sedang tidak bersahabat. Hujan hampir tiap hari membasahi Jakarta dan juga daerah Bandung, daerah yang akan kita kunjungi. Target sebelum puasa mudah-mudahan akan terlaksana aku ke sana.
Curug malela, sebuah curug yang terletak di Jawa Barat. Beberapa orang menjuluki bahwa curug malela adalah replika dari Air Terjun Niagara (Curug = Air Terjun). Jarak tempuh kurang lebih 7 jam perjalanan dari Jakarta kalau seandainya kita akan berangkat jam 06.00 pagi, atau 5 jam perjalanan bila kita berangkat dini hari.
curug malela
Tanggal 7 Agustus 2010, setelah terjadi kesapakatan kita bertujuh (aku, miftah, onny, onni, yanti, ina dan juga vina) akan menuju ke sana. Dalam hatiku akhirnya bisa juga ke curug malela. Walaupun sebelumnya terjadi perdebatan, karena aku ingin mengunjungi kawah ratu di kaki Gunung Salak, tapi temanku merubah haluan ingin menuju Curug Malela. Pukul 05.30 kita berkumpul di UKI dan kita menuju ke sana dengan mobil miftah beserta driver yang dia bawa. Tiba di UKI dengan perut keroncongan aku melihat dua orang temanku yanti dan onny. Dan terlihat sedang asyik makan bubur ayam. Jadi mau. Kusapa mereka, dan akhirnya aku sedikit mencicipi bubur ayam itu. Lezat. Karena tidak tega yanti pun membeli dan membungkus 2 bubur ayam untuk di perjalanan. Tak lama kemudian vina datang. Dan disusul dengan miftah dan drivernya dengan membawa mobil yang sudah diduduki oleh onni dan ina. Ya.. kami bertujuh dan 1 orang supir akhirnya akan menuju ke curug malela.
saya di curug malela
Jakarta – Bandung, melalu tol padalarang dan keluar di Cimahi lalu menuju kecamatan Cililitan, lanjut ke Kecamatan Sindang Kerta. Dilanjutkan ke Kecamatan Rongga dan menuju desa Cicadas. Begitulah kira-kira rute yang akan kita lalui. Berhenti sebentar di tempat istirahat jalan tol untuk membeli bekal makan siang dan sedikit makanan ringan untuk menemani kita selama dalam perjalanan.
Jakarta – Cimahi kita lalui dengan mulus. Pasar… kita akan melewati 3 pasar. Hanya satu kata ketika kita akan melewati tempat-tempat tersebut, sabar. 3 Pasar kita lewati masing-masing kurang lebih sekitar 20 menitan, lumayan menguras waktu. Karena kita ke curug malela tidak menginap. Kita akan pulang hari. Setelah melewati 3 pasar itu kita akan disuguhkan suatu pemandangan yang bagus, waduk saguling. Kita akan melihat waduk saguling. Sebuah waduk yang dijadikan sebagai sumber pemasok listrik di daerah Bandung Barat. Berhenti sebentar kita untuk menikmati dan melihatnya.
Perkampungan di lembah
Tak terasa kita sudah akan menuju desa cicadas. Rumah-rumah panggung menghiasi mata kita dalam perjalanan. Diselingi rimbunnya sawah-sawah. Ada yang sedang menguning. Ada yang sudah panen. Dan ada juga yang akan di tanam kembali. Akhirnya kita berhenti di depan rumah Pak Haji yang biasa untuk parkir teman-teman kalau akan menuju curug malela. Dan ternyata pak Haji tersebut adalah juragan minyak serai di kampong itu.
Perjalanan kita lanjutkan dengan menggunakan ojek. 45 menit kata tukang ojek tersebut untuk menuju pos terakhir sebelum kita akan berjalan kaki. Kampung manglid kita susuri dengan ojek. Tampak pemandangan begitu indah. Sawah, lembah dan juga pegunungan menghias mata kita. Tapi sangat disayangkan jalanannya membuat kita harus bisa berpegangan kuat dengan tukang ojek atau pasrah saja. Disayangkan lagi, tiba-tiba hujan turun. 5 menit sebelum kita ke pos awal kita memulai berjalan kaki. Kita memutuskan untuk berteduh sampai kira-kira hujan reda, karena kita akan berjalan kaki kurang lebih 45 menit.
Pemandangan di Manglid
Hujan pun berhenti. Kita bersiap-siap akan memulai jalan. Dan kita juga bersyukur ternyata beberapa tukang ojeg akan menemani kita. Jadi meraka berfungsi tiga. Tukang ojeg, penunjuk jalan dan juga tukang mengangkut barang, karena beberapa barang kita ada yang dibawakan oleh mereka.
Jalan tanah kita lewati sangat hati-hati. Licin. Sangan licin. Hampir kita semua pernah terjatuh, tapi di tempat yang berbeda. Malah ada yang lebih dari satu kali jatuhnya. Kalau kepleset jangan ditanya lagi. Tapi aku salut dengan para tukang ojeg yang ikut mendampingi, kaki-kaki mereka seolah sudah tertancap di tanah-tanah menuju curug malela, enak sekali melihat mereka jalan. Beberapa dari kita pun sempat beberapa kali menggandeng tangan para tukang ojek. Sudah separuh kita jalan. Kita sudah dapat melihat curug malela dari kejauhan. Deras sekali airnya. Dan sekitar curug malela terdapat juga 2 curug yang lain, dan entah apa namanya. Aku bertanya kepada tukang ojek, tapi mereka tidak ada yang tau namanya.
Selapas makan, shalat satu persatu
Telapak kaki pegal dan celana kotor pun menemani kita. Akhirnya buah kesabaran kita berbuah hasil. Kita mencapai curug malela. Sebuah replica dari air terjun Niagara. Besar dan megah. Airnya pun tampak deras. Kita akhirnya beristirahat dan menyantap makan siang yang kita beli. Sesudahnya kita bermain dan shalat di sekitar air terjun.
Jam 15.30 kami memutuskan untuk kembali lagi. Agar nanti tidak kemalaman kita tiba di Jakartanya. Berjalan santai sambil menikmati alam dan udara sekitar curug malela. Tak lupa sebelum kita pulang, kita menyantap mie instant dan juga berganti baju. Rute pulang yang akan kita lewati adalah rute kebalikan dari rute berangkat kita. Makan malam pun kita lakukan di tempat peristirahatan. Jam 22.30 akhirnya kita tiba di Jakarta. 
Alhamdulillah perjalanan kita lancar lagi. Kebersamaan dan kesabaran adalah kuncinya. Terima kasih to:
curug malela
Miftah: thanks bu atas mobil dan drivernya
Onny: jangan lupa uplut2 photonya donk
Vina: trip ke-3 sama lho ya bu… keempat kemana kita?!?
Yanti SN: lagi-lagi sarung gw yang jadi korban
Ina: jangan lupa pesen kawan-kawan ya… be a girl :D
Onni: thanks bos dah nemenin dan ngajarin photo
The driver: dan nganterin kita… sabar yam as
The Ojekers: 3 fungsi jadi 1. Saluts…..