Selasa, 24 Agustus 2010

KESABARAN MENUJU CURUG MALELA


 curug malela dari atas bukit
Persiapan sudah matang. Juli kita akan pergi menuju ke curug malela dan akan mendirikan tenda serta bermalam di sana. Tapi sayang, cuaca sedang tidak bersahabat. Hujan hampir tiap hari membasahi Jakarta dan juga daerah Bandung, daerah yang akan kita kunjungi. Target sebelum puasa mudah-mudahan akan terlaksana aku ke sana.
Curug malela, sebuah curug yang terletak di Jawa Barat. Beberapa orang menjuluki bahwa curug malela adalah replika dari Air Terjun Niagara (Curug = Air Terjun). Jarak tempuh kurang lebih 7 jam perjalanan dari Jakarta kalau seandainya kita akan berangkat jam 06.00 pagi, atau 5 jam perjalanan bila kita berangkat dini hari.
curug malela
Tanggal 7 Agustus 2010, setelah terjadi kesapakatan kita bertujuh (aku, miftah, onny, onni, yanti, ina dan juga vina) akan menuju ke sana. Dalam hatiku akhirnya bisa juga ke curug malela. Walaupun sebelumnya terjadi perdebatan, karena aku ingin mengunjungi kawah ratu di kaki Gunung Salak, tapi temanku merubah haluan ingin menuju Curug Malela. Pukul 05.30 kita berkumpul di UKI dan kita menuju ke sana dengan mobil miftah beserta driver yang dia bawa. Tiba di UKI dengan perut keroncongan aku melihat dua orang temanku yanti dan onny. Dan terlihat sedang asyik makan bubur ayam. Jadi mau. Kusapa mereka, dan akhirnya aku sedikit mencicipi bubur ayam itu. Lezat. Karena tidak tega yanti pun membeli dan membungkus 2 bubur ayam untuk di perjalanan. Tak lama kemudian vina datang. Dan disusul dengan miftah dan drivernya dengan membawa mobil yang sudah diduduki oleh onni dan ina. Ya.. kami bertujuh dan 1 orang supir akhirnya akan menuju ke curug malela.
saya di curug malela
Jakarta – Bandung, melalu tol padalarang dan keluar di Cimahi lalu menuju kecamatan Cililitan, lanjut ke Kecamatan Sindang Kerta. Dilanjutkan ke Kecamatan Rongga dan menuju desa Cicadas. Begitulah kira-kira rute yang akan kita lalui. Berhenti sebentar di tempat istirahat jalan tol untuk membeli bekal makan siang dan sedikit makanan ringan untuk menemani kita selama dalam perjalanan.
Jakarta – Cimahi kita lalui dengan mulus. Pasar… kita akan melewati 3 pasar. Hanya satu kata ketika kita akan melewati tempat-tempat tersebut, sabar. 3 Pasar kita lewati masing-masing kurang lebih sekitar 20 menitan, lumayan menguras waktu. Karena kita ke curug malela tidak menginap. Kita akan pulang hari. Setelah melewati 3 pasar itu kita akan disuguhkan suatu pemandangan yang bagus, waduk saguling. Kita akan melihat waduk saguling. Sebuah waduk yang dijadikan sebagai sumber pemasok listrik di daerah Bandung Barat. Berhenti sebentar kita untuk menikmati dan melihatnya.
Perkampungan di lembah
Tak terasa kita sudah akan menuju desa cicadas. Rumah-rumah panggung menghiasi mata kita dalam perjalanan. Diselingi rimbunnya sawah-sawah. Ada yang sedang menguning. Ada yang sudah panen. Dan ada juga yang akan di tanam kembali. Akhirnya kita berhenti di depan rumah Pak Haji yang biasa untuk parkir teman-teman kalau akan menuju curug malela. Dan ternyata pak Haji tersebut adalah juragan minyak serai di kampong itu.
Perjalanan kita lanjutkan dengan menggunakan ojek. 45 menit kata tukang ojek tersebut untuk menuju pos terakhir sebelum kita akan berjalan kaki. Kampung manglid kita susuri dengan ojek. Tampak pemandangan begitu indah. Sawah, lembah dan juga pegunungan menghias mata kita. Tapi sangat disayangkan jalanannya membuat kita harus bisa berpegangan kuat dengan tukang ojek atau pasrah saja. Disayangkan lagi, tiba-tiba hujan turun. 5 menit sebelum kita ke pos awal kita memulai berjalan kaki. Kita memutuskan untuk berteduh sampai kira-kira hujan reda, karena kita akan berjalan kaki kurang lebih 45 menit.
Pemandangan di Manglid
Hujan pun berhenti. Kita bersiap-siap akan memulai jalan. Dan kita juga bersyukur ternyata beberapa tukang ojeg akan menemani kita. Jadi meraka berfungsi tiga. Tukang ojeg, penunjuk jalan dan juga tukang mengangkut barang, karena beberapa barang kita ada yang dibawakan oleh mereka.
Jalan tanah kita lewati sangat hati-hati. Licin. Sangan licin. Hampir kita semua pernah terjatuh, tapi di tempat yang berbeda. Malah ada yang lebih dari satu kali jatuhnya. Kalau kepleset jangan ditanya lagi. Tapi aku salut dengan para tukang ojeg yang ikut mendampingi, kaki-kaki mereka seolah sudah tertancap di tanah-tanah menuju curug malela, enak sekali melihat mereka jalan. Beberapa dari kita pun sempat beberapa kali menggandeng tangan para tukang ojek. Sudah separuh kita jalan. Kita sudah dapat melihat curug malela dari kejauhan. Deras sekali airnya. Dan sekitar curug malela terdapat juga 2 curug yang lain, dan entah apa namanya. Aku bertanya kepada tukang ojek, tapi mereka tidak ada yang tau namanya.
Selapas makan, shalat satu persatu
Telapak kaki pegal dan celana kotor pun menemani kita. Akhirnya buah kesabaran kita berbuah hasil. Kita mencapai curug malela. Sebuah replica dari air terjun Niagara. Besar dan megah. Airnya pun tampak deras. Kita akhirnya beristirahat dan menyantap makan siang yang kita beli. Sesudahnya kita bermain dan shalat di sekitar air terjun.
Jam 15.30 kami memutuskan untuk kembali lagi. Agar nanti tidak kemalaman kita tiba di Jakartanya. Berjalan santai sambil menikmati alam dan udara sekitar curug malela. Tak lupa sebelum kita pulang, kita menyantap mie instant dan juga berganti baju. Rute pulang yang akan kita lewati adalah rute kebalikan dari rute berangkat kita. Makan malam pun kita lakukan di tempat peristirahatan. Jam 22.30 akhirnya kita tiba di Jakarta. 
Alhamdulillah perjalanan kita lancar lagi. Kebersamaan dan kesabaran adalah kuncinya. Terima kasih to:
curug malela
Miftah: thanks bu atas mobil dan drivernya
Onny: jangan lupa uplut2 photonya donk
Vina: trip ke-3 sama lho ya bu… keempat kemana kita?!?
Yanti SN: lagi-lagi sarung gw yang jadi korban
Ina: jangan lupa pesen kawan-kawan ya… be a girl :D
Onni: thanks bos dah nemenin dan ngajarin photo
The driver: dan nganterin kita… sabar yam as
The Ojekers: 3 fungsi jadi 1. Saluts…..