Jumat, 13 Mei 2011

100


Balarejo, 1 Juli 1946 sesosok bayi laki-laki mungil menangis, menandakan kelahirannya ke dunia ini. Senyum indah hadir dalam pasangan Zainal Abidin dan istri. Proses awal untuk mendidik anak agar menjadi satu sosok orang yang berguna kelak. Bayi mungil itu diberi nama Khumaidi (di KTP Kumedi).
Proses perkembangan dan pendidikan sang bayi hingga remaja dilakukan dengan disiplin yang keras. Faktor ekonomi juga mempengaruhi proses pendidikan Kumedi. Beliau hanya sempat menikmati bangku Sekolah Rakyat saja. Beranjak dewasa beliau memutuskan untuk mengadu nasib di berbagai daerah. Mulai dari dataran Sumatera dan Kalimantan dia coba keberuntungan. Tp nasib berkata lain, akhirnya pemberhentian terakhir peruntungannya di Jakarta menjadi karyawan tetap di salah satu bank pemerintah.
Sedikit demi sedikit dia mulai membangun mimpi-mimpinya. Pernikahan pertama yang dia bangun kandas hanya dalam hitungan bulan saja. Kemudian dia menikahi perempuan bernama Murtofingatun yang masih kerabatnya. Dari pernikahan tersebut dia mempunyai 6 orang anak.
Satu persatu anak-anaknya yang berjarak 2 tahun-an ini di sekolahkan agar mereka tidak merasakan apa yang beliau rasakan. Beliau berprinsip, cukup hanya aku saja yang berpendidikan rendah, jangan itu terjadi kepada anak-anakku.
Tahun 2000 akhirnya beliau pensiun. Dan Alhamdulillah setelah pensiun, beliau dan istri bisa menunaikan rukun islam yang kelima, pergi haji ke rumah Allah pada tahun berikutnya. Satu persatu anak-anaknya pun menikah. Tugas seorang bapakpun sudah berkurang, tinggal satu orang saja yang belum berkeluarga, anak terakhirnya.
Menjelang puasa ramadhan tahun 2008 ujian mendatangi beliau. Dari awal hanya sakit biasa saja, tiba-tiba satu penyakit berat menimpa dirinya. Kanker hati dengan hepatitis B terdapat dalam tubuh beliau, dan ketika diperiksa sudah tidak mempunyai stadium lagi. Ukuran 10 cm X 12 cm, cukup besar untuk sebuah parasit yang tumbuh dihati.
Dokter menyarankan agar berobat jalan saja, untuk menahan penyakitnya. Alhamdulillah, di sela-sela penyakitnya beliau tetap menjalankan perintah yang wajib dari Sang Khalik. Di sela malam pun dia masih bisa menyempatkan untuk bermunajat kepadaNYA.
Tapi sayang, manusia hanya bisa berencana tapi Allahlah yang menentukan segalanya. Kesehatan beliau tiap tahun makin menurun. Sampai akhirnya, 2 hari sebelum Idul Fitri 2010 penyakit beliau menandakan gejala yang mulai serius. Bertahan dan terus bertahan, akhirnya tanggal 6 Desember 2010 beliau meminta untuk dirawat di rumah sakit. 2 minggu beliau di observasi di rumah sakit. Tidak ada kemajuan, hingga beliau pun merasakan tidak betah dan meminta untuk kembali di rawat di rumah. 19 Desember akhirnya beliau pulang untuk berobat jalan kembali sebelum nantinya akan dilakukan obeservasi ulang.
Manusia bisa berencana, tetapi tetap Allahlah, Sang Penentu Segalanya. Ajal, rezeki, jodoh setiap manusia telah ditulis dalam Lauhful Mahfudz. Rabu, 21 Desember 2010, bada’ ashar, selepas beliau melaksanakan shalat, beliau dipanggil oleh Sang Pemilik Dunia beserta isinya. Sebelumnya memang sudah ada gejala. Beliau sempat ditalqinkan oleh beberapa teman ngajinya, agar terus mengingat dan menyebut asma Allah.
Pengajian yang awalnya akan diadakan untuk memohon kesembuhan beliau ternyata merupakan pengajian untuk melepas beliau pergi dari dunia fana ini. Isak tangis keluarga pun terdengar hanya sesekali saja. Ketegaran anak-anaknya terlihat di dalam suasana duka.
Persiapan-persiapan untuk melepas beliau dari dunia fana ini pun dipersiapkan. Proses pemandian, pemakaian kain kafan dilakukan oleh anak-anaknya. Mungkin itu adalah bakti terakhir kepada beliau semasa badannya di dunia fana ini. Shalat jenazah pun tampak cukup ramai walaupun diadakan pada bada’ Dhuha. Proses pemakaman pun dilakukan dengan khidmat. Anak cucu beliaupun mengantarkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir  dan hanya berukuran 2X1 meter saja. Talqin sebelum berpisah pun dilakukan (sebelum meninggalkan kuburan), semoga tersampaikan kepada beliau untuk menyambut malaikat yang akan bertanya di alam kubur. *3 hal yang tidak akan terputus orang itu meninggalkan dunia (1). Shadaqah jariyah; (2) Ilmu yang bermanfaat; (3) anak-anak yang shaleh yang mendoakan kepadanya*. Ya Allah semoga ketiganya tersebut ada pada beliau.
Kini sudah 100 hari beliau meninggalkan keluarganya. Sudah jarang isak tangis terdengar dari rumah beliau. Terbersit dihati sedang apa beliau disana? Apa yang beliau lakukan? Bagaimana keadaan beliau?
 “Ya Allah jadikanlah Al Mulk ini sebagai teman tidurnya dan Ad Dukhan sebagai payung di padang mahsyar nanti”
“Ya Allah ampunkanlah segala kesalahan beliau baik yang disengaja ataupun tidak disengaja, terimalah segala amal ibadahnya, berikanlah tempat yang terbaik untuk beliau disisiMU, jadikanlah kuburannya layaknya taman Surga.”
“Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air, salju dan embun. Sucikanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana pakaian disucikan dari najis. Gantikan untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, gantikan untuknya keluarga yang lebih baik dari keluarganya, gantikan untuknya isteri (pasangan) yang lebih baik dari pasangannya. Masukkanlah ke dalam surga dan lindungilah dia dari azab kubur dan azab neraka.”
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” [Nuh:28]
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [Ibrahim:14]
“Ya Allah ampunilah (nama) angkatlah derajatnya dlm kelompok org2 yg mendapat petunjuk berilah penggantinya s sdh kepergiannya menyusul org2 yg tlah berlalu,ampunilah kami&dia,wahai Tuhan alam semesta berikanlah dia kelapangan d dlm kuburnya&terangilah dia d dlm kuburnya”
“Harta dan anak-anak shaleh adalah perhiasan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS Al Kahfi : 46)  
Aamiin ya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar