Kamis, 08 Juli 2010

SEPENGGAL KISAH DARI KRAKATAU

Tanggal 3 April 2010, jam 10 malam lebih. Tiba-tiba smsku berbunyi “Ji, tapi lho jadi ikut khan”, dari ridwan. Team Leader kami nanti saat akan ke krakatau dan panaitan. Refleks tanganku langsung mengetik balas “gw insyaAllah fix bos”. Dibalas juga olehnya. ”Ok.”

Rencana kita sudah dibuat semenjak dari bulan Oktober 2009 akan pergi mengunjungi Gunung Krakatau dan juga Pulau Panaitan (salah satu gugus kepulauan di Ujung Kulon). Akhirnya tanggal pun ditetapkan bahwa tanggal 1-4 April 2010 kita akan kesana.

Ragu-ragu sempat ada di hati beberapa kawanku. Antara iya atau tidak ikut kesana. Beberapa jam sebelum keberangkatan pun akhirnya yang tadi ragu akan ikut akhirnya ikut juga. Ya, akhirnya kita akan berangkat kesana juga. 21 orang total yang akan berangkat kesana. Ridwan sebagai team leader pun memberikan rencana perjalanan kita. Tak lupa sebelum keberangkatan kita pun berdoa agar diberikan keselamatan sampai tujuan dan pulangnya pun akan diberikan keselamatan pula oleh Sang Pencipta.

Carita – Krakatau – Panaitan – Peucang – Carita. Itulah rencana kita kesana. Malam pertama kita akan menginap di Carita, mendirikan tenda di malam kedua dan Peucang atau Panaitan pada malam ketiganya.

Jam 02.00 dinihari tanggal 2 April 2010 kita pun sampai di carita. Sesuai rencana kita akan menginap disini sebelum menyebrang ke pulau krakatau. Pembagian kamar pun telah ditentukan. Kita hanya menyewa 6 kamar untuk 21 orang. 2 kamar untuk laki-laki dan 4 kamar untuk wanita.

Jam 09.00 pagi tanggal 2 April 2010, kita akan menyebrang ke pulau rakata terlebih dahulu untuk melihat keindahan alam bawah laut dan juga menikmati pulau yang tak berpenghuni nan indah sebelum ke Gunung Krakatau dari dermaga carita.

Cuaca bersahabat dengan kita. Terima kasih Tuhan ungkap hati ini. Kita pun bisa menikmati rencana kita di pulau rakata, dan juga melihat biawak disana. Serta melihat dan menikmati keindahan bawah laut disana. Makan siang pun dilakukan disana pula. Menu sederhana tapi istimewa, cukup membuat lidah kita bergoyang. Memang Ridwan dan istri, team leader kita masakannya patut diacungkan jempol.

Petang menjelang sore kita pun beranjak menuju ke Gunung Krakatau, di perjalanan kita sering kali melihat lumba-lumba, tapi sayang kita tidak bisa melihatnya dari dekat. Tapi kita sudah cukup puas. Akhirnya tak selang berapa lama kita pun sampai di Gunung Krakatau. Mengambil gambar dan sekedar melepas lelah pun dilakukan oleh kita. Bagi yang kuat menanjak sampai dengan ke pos 8 pun dipersilahkan untuk dapat melihat lebih dekat Gunung Krakatau. Indah. Begitu indah pemandangan dari atas gunung krakatau, mengabadikan dalam bentuk gambar pun kita lakukan walaupun angin lumayan cukup kencang. Terima kasih Tuhan, akhirnya bisa menyaksiakan keindahanMU lagi.

Malam kedua kita akan bermalam di bawah kaki gunung krakatau. Mendirikan tenda, menyiapkan makan malam ataupun sekedar berenang di pantai kita lakukan. Langit begitu cerah ketika malam tiba, bintang bertaburan dimana-mana. Takjub, LukisanMU memang tiada duanya Tuhan. Entah jam berapa kita tertidur. Satu persatu akhirnya tak sanggup menahan kantuk.

Jam 02.00 dinihari tanggal 3 April 2010 langit cerah pun berubah jadi hujan lebat. Yang tidur diluar tenda pun segera merapikan alas, masuk ke dalam satu tenda besar. Kabut pun turun. Pulau di depan mata yang tadi terlihat akhirnya tertutup. Begitu lebat. Tapi tiba-tiba hujan berhenti kembali. Tidak berapa lama hujan lagi. Entah apa maksud dari semua ini. Kita tak tahu. Hanya Tuhan Sang Pencipta Yang Tahu Segalanya. Aku dan 2 orang temanku akhirnya tidak bisa tertidur kembali. Bermodalkan jas hujan kita menikmati hujan turun sambil membuat tempat berteduh dari terpal.

Jam 05.00 pagi. Kita bertiga memutuskan untuk ke kapal, untuk sekedar ingin membuat minuman hangat, dikarenakan kompor diletakkan disana. Tapi ternyata ketika kita bertiga sampai disana Lia, istri dari Ridwan sedang menyiapkan sarapan pagi. Akhirnya kita membantu apa yang bisa kita bantu. Tapi tak lupa kita pun membuat minuman penghangat untuk kita bertiga.

Usai sarapan pagi, kurang lebih jam 7 pagi cuaca masih hujan rintik-rintik. Tetapi Pak Arifin, kapten kapal kami pun bilang kepada Ridwan. ”Ayo, sekarang aja kita ke panaitannya. Kalau cuaca seperti ini biasanya laut bersahabat”. Ridwan pun menyetujui dan mengajak kita-kita untuk berkemas-kemas untuk melanjutkan perjalanan kita ke panaitan dan peucang.

Langit pun cerah tak berapa lama kita mulai lepas dari gunung krakatau. Senang. Senang kita akan ke panaitan. Tapi tak disangka hujan rintik pun mulai hinggap kembali. Posisi kita sudah di tengah laut. Ya Tuhan mudah-mudahan hanya sekedar hujan rintik saja, batin ini berkata. Ternyata air laut pun mulai tinggi diselingi ombak yang lumayan besar. Jangan panik ungkapku dalam hati. Kita bisa memohon tapi Tuhan juga yang menentukan. Ombak pun mulai tinggi. Salah satu kawanku waktu ke karimun pun mulai panik. Tak ingin kejadian karimun jawa terjadi lagi. Ombak tinggi menjadi teman perjalanan kita dalam perjalanan. Entah berapa do`a yang sudah dia ucapkan agar diberikan kesalamatan. Tak hanya dia, semuanya pun berdoa dalam hati kita masing-masing untuk keselamatan perjalanan ini. Adiknya Lia, istri Ridwan pun mulai mengalami kedinginan yang cukup membuat badannya gemetar. Tak sanggup melihatnya, aku pun memberikan sarung dan sebelumnya Ridwan menyuruh dia untuk mengguyur air bersih persedian kita untuk perjalanan ini. Akhirnya dia pun menuruti, mengganti bajunya dengan pakaian kering di dalam kapal. Dia pun beristirahat dalam kapal. Pak Arifin pun tetap waspada. Dengan wajah tenang dia tetap memegang kemudi kapal. Ayu pun berpindah tempat duduk. Wajah dan badanku entah berapa kali terkena cipratan ombak yang melintasi kapal ini. Hujan pun semakin lebat. Awan tiba berubah jadi kelabu.
Jarak pandang di depanpun tiba-tiba tertutup kabut. Hanya beberapa meter kita dapat melihat ke depan. Semakin kencang kita berdoa. Entah berapa puluh atau ratusan kali kita berdoa. Doa apa saja yang bisa kita baca kita baca dalam hati kita masing-masing. Salah satu temanku yang lain pun tiba-tiba kedinginan. Menggigil, matanya pun memerah. Untung jaketku terletak diluar. Akhirnya dia berpindah posisi tempat duduk dan memakai jaketku agar tidak terlalu kedinginan. Aku melihat dia berkomat-kamit tanpa henti. Tak terasa air matanya pun ikut berlinang. Akhirnya aku tau kenapa dia seperti itu ketika sudah selesai perjalanan bahwa dia melihat makhluk halus berbadan tinggi besar sedang menggoyang-goyangkan perahu kita. Pertama di belakangku sebelum dia pindah dan di Ridwan ketika dia berpindah tempat duduk. Seandainya dia cerita ketika dalam perjalanan entah apa yang terjadi.

Pak Arifin dengan tenang pun tetap masih megang kemudi kapal. Aku melihat Ridwan tak henti mulutnya berkomat-kamit mengucpakan doa. Aku pun berusaha membaca apa yang aku bisa. Ombak pun turus menerjang. Entah keberapa kali aku terkena pecahan ombak. Hujan pun tak mau reda. Langit pun semakin berwarna abu-abu. Jarak pandang pun mulai menipis. Ridwan pun melihat kondisi kita, satu persatu. Akhirnya dengan bijak dia berbicara ke Pak Arifin sang kapten kapal kita. Akhirnya diputuskan kita berbalik arah dan mencari pulau terdekat. Satu keputusan bijak dalam hati kita. Mudah-mudahan kita bisa segera merapat ke pulau terdekat. Pinta aku dalam hati kepada Tuhan, seperti teman-teman yang lain juga mengharapkan.

Ya... tak selang 30 menit kita akhirnya menemukan pulau terdekat, dan ternyata pulau itu pulau rakata. Pulau yang kita singgahi kemarin. Tapi dari sisi yang berbeda.Perlahan tapi pasti akhirnya kita mendarat. Cuaca memang sedang tidak jelas. Kejadian aneh di kapal yang dialami oleh temanku entah apa maksud dari semua itu. Sampai jaket Ridwan yang terikat erat pun dengan mudah terbawa angin dan jatuh ke laut entah kemana. Tuhan memang punya rencana yang lain, yang terbaik menurut kita belum tentu baik menurutNYA.

Akhirnya Ridwan memutuskan untuk malam terakhir kita akan menginap di daerah carita kembali dan kita akan menghabiskan waktu di tanjung lesung. Kita semua pun selamat sampai rumah kita masing-masing walaupun masih ada satu sisi penasaran seorang manusia, ingin menyaksikan keindahan alam panaitan. Semoga di lain kesempatan aku dapat menyaksikan keindahanNya di panaitan.

2 komentar: